Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah
Resume kuliah online hari ini:
Tema :
Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah
Tanggal :
6 Mei 2020
Waktu :
13.00 – 15.30 WIB
Narasumber
: Ibu Farah Dina. M.Sc.
Moderator
: Om Jay
Disusun Oleh : Nira,S.Pd.I
Pada kesempatan ini Ibu Farrah mengawali tema yang diangkat
saat ini beliau menyampaikan kutipan bahwa “membaca buku sama saja dengan
berbicara dengan orang-orang dimasa lalu”. Sehingga dengan menulis sama halnya
mencatat diri dalam sejarah dan akan dikenang sepanjang masa. Menerbitkan buku
dan membuat buku adalah dua hal berbeda. Membuat buku boleh dilakukan oleh
siapa saja dan bisa diterbitkan siapa saja saat sekarang ini, tetapi
menerbitkan buku oleh penerbit besar itu adalah hasil dari sebuah karya yang
baik. Kalau karya itu sangat menjawab kebutuhan masa ini maka akan mendapat
sambutan baik. Yang paling penting adalah bagaimana kita menulis dan menuangkan
pikiran kita.
Beliau memberikan 4 unsur yang sangat penting diperhatikan
dalam menulis sebuah karya.
4R ( Renjana Rutin Review dan Ruang bagi pembaca ).
1.
Renjana atau fashion.
Renjana adalah hal yang berkaitan dengan kesukaan. Apapun
itu mulailah dengan apa yang dikuasai dengan baik bukan hal yang dipaksakan,
lakukan yang menurut apa yang kita anggap paling mudah. Sebuah kesaksian dari
Ibu Farrah bagaimana menemukan fashionnya ketika berada di Amerika dan Jepang,
dimana mereka sangat memikirkan buku anak-anak dan berupaya untuk mengajar anak
beliau sendiri yang akan memasuki bangku sekolah dasar lalu kemudian
menciptakan buku anak yang berkualitas dan terjangkau.
2.
Rutin.
Rutinitas bukan hanya rutin menulis tapi lebih penting juga
rutin membaca, apapun yang dialami dan dilihat dapat ditulis, sesuaikan genre
yang ditulis dengan yang dibaca, sediakan tempat dan waktu yang khusus untuk
menulis, kapan saja, dimana saja dan tentang apapun. Ketika kita membaca kita
akan berpikir untuk membuat buku yang lain. Orang yang memendam akan kalah
dengan orang yang mengungkapkan, siapa yang menunggu akan kalah dengan yang
melakukan. Dengan rutinitas kita dapat menyimpan record pada bank-bank situasi,
kisah, tokoh, skenario, dll.
3.
Review.
Melihat kembali apa yang telah ditulis. Olehnya itu bagi
pemula menulis pertama kali sebaiknya semua ditulis tanpa melakukan review
sampai tulisan akhir. Tahapan review baru dilakukan setelah menulis untuk
melihat smua aspek apakah tokoh, detail, alur dll. Sangat penting untuk melihat
materi tulisan kita dan hal-hal yang dianggap kekurangan buku itu. Setelaha itu
barulah kitaanjut ke tahap untuk melihat target pembacanya.
4.
Ruang bagi pembaca.
Jangan jadikan review kita cukup tapi review dari pembaca
diharapkan feedback negatif, tidak suka, tidak menarik, dll. Mungkin saja ada
hal-hal yg tidak kita pikirkan. Ini penting untuk mengetahui kondisi tulisan
dan siapa target pembaca kita yang sebenarnya, walaupun ruang ini jangan sampai
menghilangkan jati diri penulis.
Pertanyaan-pertanyaan dari peserta juga telah ditanggapi
dengan luar biasa dari narasumber, beberapa diantaranya :
Pertanyaan pertama: “Apakah kita harus melalui tahapan 4R
itu agar buku yg diterbitkan berkualitas? Nani Bogor Jawa Barat”.
“Jawaban,Bu Nani yang bersemangat, tidak selalu seperti itu.
Ini dirangkum dr pengalaman2 penulis yg hebat yg sudah menerbitkan banyak buku
dan disukai. Mereka akan menulis yg betul2 sesuai dgn renjananya lalu terbiasa
menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing
& lain2nya yg nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi
setelah itu, baru dilakukan review berulang (dan ini proses panjang).
Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dr naskah awalnya... Kekuatannya
di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca
jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga”.
Pertanyaan kedua: “Ini Bu Beni Bojonegoro, tanya bagaimana
teknis / langkah mengubah tulisan dr best practice menjadi tulisan populer?”.
“Jawaban, Ibu Beni dari Bojonegore yang saya hormati,
pertanyaan yang sangat menarik. Banyak buku-buku yang sekarang best seller
adalah buku2 ilmiah tapi disajikannya dalam bentuk populer tidak penuh dengan
data-data yang memusingkan. Sebaiknya ibu membaca contoh buku2 populer yang berdasarkan
pendekatan ilmiah... Dari buku-buku ini yang saya perhatikan mereka akan
membahas "Permasalahan" lalu "jawabannya" dgn sedikit2
memasukkan teori2 pendukung. Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur emosi
kuat yang dibangun sehingga ada konektivitas dengan pembaca. Beberapa contoh
buku ilmiah dibuat populer (maaf yang terbayang saat ini buku2 terjemahan),
seperti: Good to Great (penelitian dari 500 perusahaan sukses dunia, The
Miracle of Endorphin (pendekatan psikologis untuk metode pengobatan), The
Leader in Me (praktik-praktik di sekolah yang menerapkan 7 Habit). Bagaimana
menampilkan "voice" pada buku populer atau membangun emosi, misalnya
dengan memasukkan isi wawancara, atau data-data non formal yg lebih hidup”.
Pertanyaan ketiga: “Assalamualaikum. Saya Siti Fatimah dari
Mojokerto.
Sebagai pemula saya masih bingung menentukan passion saya
dimana. Bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah”.
“Ibu Fatimah, tidak sedikit orang yang merasakan hal yang
sama dengan ibu. Memang ada orng-orang yang dari awal sudah tau apa bidang
menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh
adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan
mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan
pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari
bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong
kita untuk mengungkapkannya”.
Pertanyaan keempat: “Assalamualaikum, saya Warsih dari Kota
Tangerang. Mau menanyakan tentang pembuatan buku anak-anak. Misalnya kita
menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian kita tambahkan dengan khayalan
dan imajinasi kita boleh tidak. Jadi tidak pyur fiksi. Nah yang sperti itu
termasuk kategori buku apa Bu. Trimakasih”.
Wa alaikum salam wr wb.”Ibu Asih pecinta buku anak, boleh
sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan
dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa,
berteman dengan robot, itu adalah imajinasi. Yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi
yang mengandung kekekrasan. Saya pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi
batu, siasat membuh raksasa seperti dalam legenda asal”.
Pertanyaan kelima: “Assalamualaikum...
Saya Ika Siswati dari kota Tangerang mau bertanya apa yang ibu lakukan sehingga dapat menemukan passion ibu yaitu menulis buku
anak?”.
Wa alaikum slm wr wb. “Saya menemukan renjana saya berawal
dari pendidikan sy di Amerika & Jepang yang di mana mereka sangat serius
memikirkan buku anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal
dari kebutuhan, saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia
masuk SD. Jadi saya harus mengajarkan membaca. Saya minta dikirimkan buku2 dari
Indonesia tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu
menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permaslaahan
yang ada.
Selanjutnya saya juga melakukan penelitian di bidang membaca
usia SD, dan salah satu hal yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di
pasar, buku anak berkualitas itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi
motivasi besar, menciptakan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini
yang menjadi motivasi terbesar dan itulah passion saya... Walaupun saya tetap
memaksakan diri untuk terus menulis genre lain.
Karena rutinnya saya menulis buku anak dan pendidikan, saya
agak meninggalkan bentuk tulisan ilmiah. Pada saat saya mengalami ini, saya
"memaksa" diri saya untuk mengirimkan rencana penelitian utk mendapat
beasiswa. Denagn tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini juga
perlu dilakukan. Alhamdulillah dengan research plan yg sy buat, sy bs diterima
di univ di jepang”.
Pertanyaan keenam: “Ibu masih muda sekali...dan tentunya
bersemangat, apa yang melatarbelakangi ibu mendirikan Tangga Edu dan juga bisa
menjadi penulis. Rachmi Banyuwangi”.
Jawaban: “Ibu RAchmi yang juga pastinya bersemangat,
jawabannya sama dengan pertanyaan kelima ya bu.... Yang menjadi motivasi sy
adalah bagaimana memberi manfaat sebesar mungkin untuk negri Indonesia tercinta
ini... Sama dengan BApak & Ibu semua”.
Pertanyaan ketujuh: “Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi
sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis? Yulius Roma-Tana
Toraja”.
Jawaban: “Pak Yulius dari Toraja, LAKUKAN... itu kunci
utamanya pak... Dengan melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya
tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk
kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita
akan sangat terbiasa.... Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu
dilakukan review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal,
karena nanti tidak akan jadi karya krn kita berkutat dengan banyak hal”.
Pertanyaan kedelapan: “Assalamualaikum Bu Dina,,, saya
Candra dr Langkat Sumatera Utara...trmksh formula 4R..sngat mmbntu untuk sy
sbgai yg br bljr untuk menulis...pertanyaan saya Bu...menurut ibu apakah
seorang penulis harus fokus pada satu passion atau genre tulisan agar
tulisannya btul2 baik...dan mmg ada tdk pngruh taste/rasa tulisan seseorang
yang suka mengerjakan dua tulisan(fiksi dn non fiksi) secara bersamaan?”.
Wa alaikum slm wr wb. “Pak Candra dari Langkat yang
bersemangat menulis, ini menarik sekali untuk didiskusikan... Sebagai awal,
tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang
kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi reward terhadap diri
sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita sukai”.
Pertanyaan kesembilan: “Nama : Munandar, Kabupaten Sumba
Timur. Bagaimana cara awal untuk mengetahui passion seseorang?”.
"Jawaban, Pak Munandar dari Sumba, jawabannya sama
dengan pertanyaan no. 3 ya pak.... (silahkan dilihat). Kalaupun belum
mengetahui pasiion nya saat ini, yang penting adalah menuliskan sesuatu yang
betul2 kita merasa menikmati dalam menuliskannya”.
Pertanyaan kesepuluh:
“Assalamualaikum. Saya Syukri dari SMAN
UNGGUL Dharmasraya Padang, Perkenankan saya bertanya ttg pengalaman ibuk Farrah
dalam tulis menulis ibu mengatakan ada 4 R, salah satunya adalah Renjana, saya
kurang pahan dari bahasa apa itu Renjana dan mengapa ibuk letakkan di poin
paling atas, Sekian wasalam”.
Jawaban: “Pak Syukri, renjana adalah passion, ketertarikan
kita pada satu hal yang kita akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan
senang hati. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi
kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu
yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun
akan cepat jadi”.
Pertanyaan kesebelas: “Bagaimana caranya agar dapat menerima
tanggapan pembaca yang negatif pada tahap ruang bagi pembaca? Bagaimana tips mengubah penulisan ilmiah
menjadi penulisan populer? Benny Belang. Kupang-NTT”.
Jawaban: “ PAk Benny dari NTT, menerima tanggapan negatif
memang tidak mudah. Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan
jati diri kita. Saat kita mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu
sebenarnya adalah penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama
seperti apa yang ingin kita sampaikan? Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu
perlu ada ruang imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis). Kemudian
"keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka”.
Pertanyaan kedua belas:
“ Assalaamu'alaikum bu farah...tadi ibu menjelaskan tahapan menulis 4R. Yg
pertama renjana (passion). Pertanyaan saya kalau saya merasa renjana
(passion) sy membuat buku pelajan
fisika. Apakah berarti sebaiknya saya menulis buku pelajaran fisika sj? Krn sy
kalau mencoba menulis buku fisika terasa lebih ringan dibanding mencoba menulis artikel dll. Sri Indayani”.
Jawaban: “ Bu Sri sang fisikawan, untuk tahap pertama maka
sebaiknya ibu pilih buku fisika. Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di
awal agar kita terus termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah
sayap... Coba buat artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah
menjadi populer) dan berkreasilah dengan genre2 lain... Sebagai tambahan, dapat
dibaca pada jawaban pertanyaan kedelapan”.
Pertanyaan ketiga belas: “Saya belum pernah menulis buku
namun saya sering melakukan penelitian dan ada beberapa yang saya publikasikan.
Pertanyaan bagaimana cara mudah menulis
buku sebagai pemula seperti saya karena bebrapa kali saya coba selalu gagal”.
Jawaban“Pak Fitran yang suka meneliti, MULAI SAJA DULU
(seperti iklan di tv yaa...). Ini yang paling penting. Jika memang tertarik
dengan penelitian, coba ambil salah satu sudut dari penelitiannya untuk
dijadikan artikel (bukan keseluruhan penelitian). Ambil sisi yang dapat
dibangun konektivitasnya pada pembaca secara umum”.
Pertanyaan keempat belas: “Saya M. Rasyid Nur dari Karimun. Sebelum
menentukan R(uang) pembaca apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon
pembaca buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya
tidak terlalu spesifik?”.
Jawab: “Pak Rasyid, pada tahap awal kita menulis maka
sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan.
Agar keluar jati diri kita sambil kita melihat yang cocok dengan tulisan kita
itu pembaca yang bagaimana. BAru kemudian kita berkembang, mulai menulis berdasarkan
"pesanan" artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya
menulis untuk remaja maka ada bahasa2 yang perlu disesuaikan, maka kita menulis
dengan "frame" pembaca di kepala kita... Nanti kita minta pendapat
dari pembaca yang dituju sesuai sasaran”.
Pertanyaan kelima belas: “Salam sejahtera ibu Farah. Menulis
buku anak itu tentu untuk membangkitkan minat maka perlu gambar. Apakah ibu
menggambar sendiri atau menggunakan jasa? Atau adakah cara lain mendapatkan
gambar. Buku Anak bagi saya itu suatu kesulitan. Saya sudah mencobanya.
Terbentur pada gambar, termasuk bila harus meminta izin. Salam Literasi dari
Timor (Roni Bani)”.
Jawaban: “Salam Bapak Roni, saya membuat buku anak dengan
desai berjenjang di awal. Mulai dr pembaca pemula yang hrs penuh dengan gambar.
Untuk ini tentu saya bekerja sama dengan ilustrator. Byk komunitas2 ilustrator
saat ini, termasuk di medsos. Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak
akan lebih sedikit gambarnya bahkan tidak bergambar (novel anak). NAnti bapak
tentukan saja di jenjang mana BApak ingin menuliskannya. JIka tertarik lebih
lanjut, akan ada workshopnya oleh Tangga Edu, silahkan ikuti media sosialnya IG
@tanggaedu & FB Tangga Edu untuk info terkini”.
Pertanyaan keenam belas: “Ini adalah hari ke-8 saya
mengikuti pelatihan menulis. Kiat-kiat untuk menulis diantaranya menulis setiap
hari, apa saja yg terlintas akan saya tulis. Jenis tulisan sya masih bersift
bebas dg kata2 yg mengalir begitu saja di dlm otak saya tulis. Yg ingin sy
tanyakn bgmn cara menulis secara ilmiah
seperti PTK, Best Practice dengan baik. Elly Mahayani - Jembrana Bali”.
Jawab: “ Salam Ibu Elly, selamat... dengan ibu sudah rutin
menulis maka ibu sudah MEMULAI... Nanti dari kumpulan tulis itu, pilih beberapa
yang ingin direview dengan serius hingga menjadi tulisan yang siap p
ublikasi... Untuk tulisan ilmiah ke populer, ada ji jawaban no. 2”.
Pertanyaan ketujuh belas: “Deni di Cimahi. Ijin
bertanya. Ada yang bilang menulis buku
anak itu lebih menantang atau sulit.
Terutama bahasa yang digunakan musti sesuai dengan bahasa dunia anak.
Bagaimana kiatnya?”.
Jawab: “Sulit atau tidak sangat relatif. Tapi mungkin karena
kita terbiasa dengan bahsa dewasa. Kuncinya adalah sering mendengarkan anak
berbicara & memberikan buku kita pada anak agar kita tahu responnya...
Kemudian bisa kita evaluasi. Saat menulis untuk dewasa, apa yang kita tuliskan
akan ditangkap sama oleh pembaca. Tidak demikian dengan anak, hal sederhana
saja bisa dipersepsikan berbeda, tidak sama dengan apa yang kita maksud”.
Pertanyaan kedelapan belas: “Sesuai materi tadi bahwa Pembaca itu sangat dibutuhkan oleh
penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk tidak malu
tulisannya dibaca orang lain.
Saya sering menulis, tapi selesai menulis saya simpen.
Pernah saya menulis di blog dulu untuk sekali ( baru tentang RPP dan
pembelajaran sih, sedikit) tapi kok
temen aku langsung copas semuanya dan dijadikan administrasi nya dan dijadikan
atas namanya untuk mendapatkan tanda tangan pimpinannya. Padahal saya nulis itu
mikir setengah mati. Dari situ saya jadi males share lagi.
Mungkin pikiran itu salah. Mohon pencerahannya. Santi~
Jayapura”.
“Ibu Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis
terhadap interpretasi terhadap tulisan itu menjadi hilang. Interpretasi dan
tanggapan pembaca tidak bisa kita kontrol.... Maka perlu kebesaran hati, krn
bisa saja tanggapan yang tidak baik yang kita terima. Nah kalau tentang hak
cipta yang dikopi, maka pada saat kita membaginya di dunia maya, maka kita
harus siap bahwa itu menjadi milik publik. Walaupun itu salah, tapi di dunia
maya kita sulit mengkontrolnya”.
Pertanyaan kesembilan belas: “Saya Sri Budi Handayani dari
Gresik. Mau bertanya tentang proses kreatif mbak Farrah menulis buku anak ,
berikan contohnya,Terima kasih”.
Jawaban: “Bu Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka
banyak pakem yang harus saya perhatikan. Biasanya saya memulai dr sesuatu value
yang ingin saya kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi
tertangkap. Agar dapat byk ide, maka saya byk menonton film anak, bergaul
dengan anak2 & membaca buku2 anak. Contohnya buku "Sihdeh &
Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik napas
panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat
marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki”.
Pertanyaan kedelapan belas: “Sesuai materi tadi bahwa Pembaca itu sangat dibutuhkan oleh
penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk tidak malu
tulisannya dibaca orang lain. Saya sering menulis, tapi selesai menulis saya
simpen. Pernah saya menulis di blog dulu uuu sekali ( baru tentang RPP dan
pembelajaran sih, sedikit) tapi kok
temen aku langsung copas semuanya dan dijadikan administrasi nya dan dijadikan
atas namanya untuk mendapatkan ttd pimpinannya. Padahal saya nulis itu mikir
setengah mati”. Dari situ saya jadi males share lagi.
Mungkin pikiran itu salah. Mohon pencerahannya. Santi~
Jayapura”.
“Ibu Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis
terhadap interpretasi terhadap tulisan kita”.
Pertanyaan kesembilan belas: “Saya Sri Budi Handayani dari
Gresik.Mau bertanya tentang proses kreatif mbak Farrah menulis buku anak ,
berikan contohnya,Terima kasih”.
Jawaban: “Bu Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka
banyak pakem yang harus saya perhatikan. Biasanya saya memulai dr sesuatu value
yang ingin saya kenalkan pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi
tertangkap. Agar dapat byk ide, maka saya byk menonton film anak, bergaul
dengan anak-anak & membaca buku-buku anak. Contohnya buku "Sihdeh
& Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan menarik
napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri
saat marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan anak laki. Setelah
itu dibuat prosesnya”.
Pertanyaan kedua puluh satu: “ Sri Sulastri dr Bojonegoro,
pertanyaan saya cara apa agar bisa menghasilkan buku dengan cepat bagi penulis
pemula?”.
Jawab: “ Bu Sri, mulai dari yang mudah menurut Ibu. Topik
yang paling ibu kuasai. Tapi tidak ada yang instan, semua harus ,elalui proses.
Proses itu akan semakin cepat jika segera dimulai”.
Pertanyaan kedua puluh dua: “Terkait R ke-4. Menurut pengalaman
Ibu, berapa persen dari ruang pmbaca dapat ditmpung masukannya dan bgaiman
sikap kita dlm mnerima smua kritikan itu agar tdak trbwa amarah. Trima Ksih-
Bernad.Toraja”.
Jawaban: “Pak Bernard, Tidak ada rumus baku. Kita siapkan
diri kita untuk terbuka terhadap berbagai masukan. Tapi kita lihat, kalau dia
tidak suka karena berkaitan dengan selera yang berbeda, maka dia bukan target
pembaca kita dan ini informasi berharga bagi kita. Tulisan kita akan memiliki
target pembacanya sendiri. Tapi kalau pembaca tidak suka karena interpretasi
yang salah dari hasil karya kita, maka mungkin cara kita menuliskannya perlu
diperbaiki”.
Pertanyaan kedua puluh
tiga: “Saya Grefer dari Kupang, NTT. Apakah review buku yang dimaksudkan adalah
sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita berikan kepada pembaca
tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan positif atau negatif dari
buku yang kita tulis. Lalu, dikembalikan dan kita revisi setelah itu baru
diterbitkan? Terima kasih”.
Jawaban: “Betul pak, tapi bahkan apapun hasil tulisan kita,
kita hadirkan pada pembaca & melihat tanggapannya -- ini bahkan sebelum
proses penerbitan, usaha individu penulis untuk mendapat masukan. Kalau sudah
ke penerbit, maka ada mekanismenya lagi tapi kita pun sudah bisa jelaskan
targetnya siapa, tanggapannya bagaimana kira hingga buku kita itu bisa dibilang
layak terbit”.
Kesimpulan pembelajaran hari ini:
Membaca buku sama saja dengan berbicara dengan orang-orang
di masa lalu. Menulis sama halnya mencatat diri dalam sejarah dan akan dikenang
sepanjang masa. Menerbitkan buku dan membuat buku adalah dua hal berbeda.
Membuat buku boleh dilakukan oleh siapa saja dan bisa diterbitkan siapa saja
saat sekarang ini, tetapi menerbitkan buku oleh penerbit besar itu adalah hasil
dari sebuah karya yang baik.
Ibu Farra Dina memberikan 4 unsur yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam menulis sebuah
karya. 4 unsur tersebut dikenal dengan istilah 4R ( Renjana, Rutin,
Review, dan Ruang bagi pembaca ).
Komentar
Posting Komentar