Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
Narasumber : Agung Pardini
Moderator :Fatimah
atas undangannya
Bapak Agung adalah seorang penulis dan sekaligus bekerja di
dompet duafa. Sebagaimana tercantum dalam CV, saat ini saya bekerja di Dompet
Dhuafa.
Salah satu program Dompet Dhuafa yang sejak 2009 beliau
kerjakan adalah SGI.
Sejak tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di
lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana
zakat, infaq, dan shodaqoh.
Beliau juga MENULIS ARTIKEL:
1. Sekolah Berbasis Masyarakat Jurnal Bogor, 17 Oktober 2009 Opini
2. Mengajar
Siswa Gemar Membaca Radar Bogor,
8 Maret 2010 Opini
3 Pendidikan
dalam Alienasi Birokrasi Koran
Tempo, 16 Mei 2013 Opini -
Advertorial
4. Transformasi Kelas Ajar, Opini Republika, Januari 2020
MENULIS BUKU
1. Menabung
Gula untuk Pendidikan (Saving Palm Sugars for The Education) MM – JICA, 2010 Bersama tim Masyarakat Mandiri
2. Penyulut
Jiwa di Kampung Hatta Makmal
DD, 2012 Bersama Surya Hanafi,
dkk
3. Bangunlah
Jiwanya, Bangunlah Raganya Makmal
DD, 2012 Bersama Purwo
Udiutomo
4 Sekolah
Ramah Hijau Makmal DD, 2013 Bersama Zayd Sayfullah, dkk
5 Besar
Janji daripada Bukti Makmal DD,
2013 Bersama tim
6 Bagaimana
ini Bagaimana itu Makmal DD, 2014 Bersama tim Makmal
…
Berdasarkan pengalaman beliau bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Kita terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah
pelosok untuk menulis dan berkarya.
Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya,
aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para
guru-guru di sana.
Guru-guru yang mengajar di daerah terisolir, mengalami
beberapa masalah dalam hal, menerbitkan buku. Seperti beberapa kendala yang sering terjadi:
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang
dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan
cara mengatasi kendala ini adalah dengan menggunakan model
pendampingan intensif.
Yang dimasksud dengan odel pendampingan intensif adalah
suatu pendampingan yang dilakukan oleh guru dan relawan yang telah ditunjuk
untuk mau dengan sukarela mendampingi guru di daerah terisolir.
Mereka harus sabar dalam
melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun.
Kegiatan ini membutuhkan kesabaran yang cukup signifikan
dari para guru dan relawan tersebut. Hal ini, sesuai dengan visi dan motto CV, saat ini saya bekerja di Dompet Dhuafa.
Salah satu program Dompet Dhuafa yang sejak 2009 beliau
kerjakan adalah SGI (Sekolah Guru Indonesia)
Berikut ini adalah web-nya
www.sekolahguruindonesia.net
http://www.sekolahguruindonesia.net/era-kepemimpinan-guru/
Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior
Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang beliau kerjakan buat
pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan.
Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang
biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok.
Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal,
media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya
Buku yang diterbitkan di dompet duafa, berasal dari hasil
pengalaman guru-guru yang mereka bimbing di daerah sulit. Dompet duafa ini,
harus menerbitkan buku setiap selesai melakukan bimbingan kepada guru-guru.
Baik buku yang diterbitkan secara pribadi ataupun secara bersaa atau antologi.
Kendala atau masalah yang biasa dihadapi oleh guru dalam
menulis dan berkarya adalah;
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang
dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan
Nah bagaimana cara kita mengatasi kendala ini?
Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan
melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun.
Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para
relawan.
Berkat kesabaran dari relawan dan para guru yang membimbing
guru di daerah sulit, maka lahirlah beberapa buku antologi. Buku tersebut, buku
inobel yang dihasilkan dari PTK guru terisolir. Kemudia, mereka terbitkan di
penerbit dompet dhuafa.
Terkait dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh
donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa.
Buku-buku ini tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan
secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Ahamdulillah buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan
bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.
Beliau punya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah
kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai
guru-guru di daerah pelosok.
Berikut contohnya:
Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru
muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.
Ada yang di kepulauan
Ada yang di hutan dan pegunungan
Dan ada yang di pelosok kampung
Hampir semua buku-buku yang beliau terbitkan adalah
antologi, nulis bareng-bareng.
Nah bagaimana cara mengajarkan guru-guru beliau menulis?
Beliau punya cara yang unik.
Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru"
Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang
mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama siang
hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas
suatu teori kependidikan dan kepemimpinan.
Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan,
semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.
Ini mirip sekali dengan kebiasaan menulisnya Om Guru Wijaya
Kusuma, yang senang menulis cerita harian di group ini...
Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi
tahu perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka.
Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung
coaching atau konseling.
Ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam
ceritanya. Beliau sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan
dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri.
Intinya dari keterangan beliau memang harus menulis setiap
hari. Buktikan apa yang dialmai siang hari ata selama 1 x 24 jam. Rangkailah dalam sebuah kata dan tulisan
kemudian menjadi beberapa kalimat.
Dompet dhuafa mempunyai beberapa program, salah satunya
adalah School of Master Teachers atau SMT.
Saat ini tengah diselenggarakan di NTB, Sulsel, Sulbar, dan
Sulteng.
Lama programnya adalah 3 hingga 4 bulan.
Tugas akhirnya adalah membuat PTK.
Banyak baca banyak menulis. Untuk penyediaan buku2 referensi
guru2 yang bertugas di daerah terpencil kan listrik belum ada, internet kemungkinan sulit. Bagaimana cara
menyalurkannya?
Walau jumlahnya
terbatas, ini coba salurkan ke beberapa daerah pelosok.
Kalau boleh jujur, sebetulnya dari zaman dahulu pemerintah
kita sudah sangat peduli untuk
pengiriman buku-buku ke sekolah-sekolah marjinal.
Namun sayang...
Masih banyak guru yang belum termotivasi untuk membacanya.
Salah satu kebiasaan saya kalau datang ke sekolah di pelosok
adalah membongkar-bongkar lemari sekolah.
Masih banyak guru yang belum termotivasi untuk membacanya.
Salah satu kebiasaan saya kalau datang ke sekolah di pelosok
adalah membongkar-bongkar lemari sekolah.
Banyak buku masih terplastik rapi di dalam dus-dus
Penyaluran bantuan buku masih sampai daerah Pangkal Pinang.
Pernah juga ada program lain di Riau, tepatnya di kepulauan
Meranti. Membuat sekolah buat anak-anak Suku Akit.
untuk mendapatkan buku-buku koleksi dompet dhuafa, caranya bisa di akses secara online. Saat ini
buku-buku kita sudah tersedia online. Jadi lebih mudah diakses.
Berikut linknya... EduAction e-Book Dompet Dhuafa Pendidikan
2020
Halo Sahabat Pendidikan, yuk tambah pengetahuan dengan
mengunduh materi-materi terbaru dari para pegiat pendidikan Indonesia. Ada
pembahasan menarik tentang kepemimpinan, parenting, sampai bagaimana langkah
kita menghadapi Covid-19 yang ditulis oleh Ust. Harry Santosa, Sri Nurhidayah,
Ivan Ahda, Asep Sapa'at, dan Guru Agung Pardini. Selain itu, Sahabat Pendidikan
juga akan mendapatkan bonus
Sila unduh dan donasi di :
http://etahfizh.org/ebook
Beliau juga mengajak Sahabat Pendidikan berbagi kebahagiaan
dengan siswa yatim dan marjinal dengan berdonasi baju lebaran untuk mereka
melalui tautan. http://etahfizh.org/campaigns/baju-lebaran/
Beberapa kajian bedah buku beliau sejak pandemi akhirnya
kita luaskan ke channel Youtube dan FB.
Tapi setiap cabang SGI di daerah juga punya agenda bedah
buku sendiri.
Saya pribadi tidak banyak menulis buku, tapi lebih senang
menulis artikel atau naskah akademik buat pengembangan program pendidikan di
Dompet Dhuafa
Akhir tahun lalu saya baru saja diundang ke Kantor Bupati
Sampang. Ada acara kepemudaan dan kunjungan sekolah.
Hanya sayangnya, oleh kantor saya tidak boleh keluar daerah
sampai dengan Bulan Desember.
Assalamualaikum pak guru Agung saya Candra dari MTsN 1
Langkat Sumatera Utara, izin bertanya Pak..apakah menurut bapak guru yang baik
itu harus memiliki kemampuan menulis?
Jawabannya adalah wajib bisa Pak.
Tapi tidak harus dalam bentuk buku ya.
Bisa PTK
Bisa Jurnal Penelitian
Bisa Cerpen atau Puisi
Bisa juga modul, LKS, atau mungkin Kumpulan Bank Soal.
Guru wajib literat, bahkan multiliterat, apapun bentuk
tulisannya.
Kalau saya senengannya corat-coret di kertas Pak. Nanti saya
kumpulin pelan-pelan, baru nanti kita bikin artikelnya.
Kalau menulis buku, saya beraninya masih bareng-bareng.
Takut kalau sendirian.. sepi 😁
Terimakasih pak guru Agung atas materinya yang luar biasa.
Perkenalkan saya dhevi dari jogja, saya tertarik dengan antologi buku yang
dihasilkan. Izin bertanya pak, apakah dompet dhuafa selain menerima donasi uang
juga menerima donasi buku? Maksud saya, buku baru masih segel, untuk dijual dan
hasilnya di donasikan. Kawan beliau dan teman2nya menerbitkan juga buku
antologi cerita pengalaman mengajar di daerah 3T tepatnya di Gayo Lues, akan
tetapi kawan2 ini kesulitan menjual bukunya. Tujuan awal penerbitan buku ini
memang untuk donasi. Terimakasih.
Sepanjang pengalaman beliau, berbisnis jualan buku inspirasi
guru ini masih minim peminat. Kecuali dalam bentuk semifiksi alias novel.
Saran saya, untuk para guru yang senang menulia buku seperti
ini, sebaiknya model marketingnya adalah lewat jaringan komunitas. Ini lebih
mudah dijual.
Sebagai misal, kalau di SGI, kita memfasilitasi penjualan
buku-buku para member untuk ditawarkan kepada sesama member. Ditawarkan pake
pre-order dulu, bukan ready stock. Jadi pencetakan disesuaikan dengan pesanan.
Kalau buku-buku yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa sendiri
biasanya dibagikan (gratis) buat para
guru2 lain.
Kesimpulan:
1. Saya pribadi merasa bahwa merangkai kata dalam bentuk
tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau mau lancar harus
banyak membaca dulu.
2. Cobalah menulis dengan apa yang sering kita pikirkan,
kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman
diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
3. Menulis ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus
budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada".
Komentar
Posting Komentar