DEMI HARTA MAMA RELA MENGORBANKAN RUMAH TANGGAKU

Demi harta seorang ibu berani mengacaukan rumah tangga anaknya.

Saya mau membantu anak kamu yang lagi sakit. Tapi kamu harus berpisah dengan anak dan suami mu. Kata mamanya sambil memalingkan wajahnya

Ma, apa tidak ada cara lain lagi ma? Bagaimanapun Yaya itu cucu mama juga. Kataku sambil bersujud di kaki mama, dengan air mata berlinang.

Tidak bisa. Itu harga mati. Kamu mau anakmu selamat atau tidak? Kata mamanya dengan suara lantang.

Gimana ini? Aku masih sayang sama anak dan suamiku? Tapi aku tak mau anakku kenapa- kenapa. Kataku dalam hati.

Baik, ma. Jawabku sambil mengusap air mataku.

Ok. Sekarang kita ke rumah sakit. Nanti mama akan suruh supir untuk menyampaikan surat ini untuk suamimu. Sambil mama menyerahkan cek berisi uang 300 juta rupiah. Kata mama dengan tersenyum.

Baik ma. Jawabku berurai air mata.

Sampai di rumah sakit umum Padang. Aku meminta supir untuk menyerahkan surat dan cek yang ada dalam amplop.

Pak, tolong berikan surat ini ke suami saya ya! Kataku sambil memberikan amplop kepada supir.

Baik bu, kata supir tersebut.

Aku memperhatikan suamiku menerima amplop tersebut. Sambil berurai air mata.

Maafkan aku mas. Aku terpaksa melkaukan ini. Demi kesembuhan anak kita. Selamat tinggal, mas. Kataku di atas mobil.

Setelah supir kembali mobil aku dan mama jalan. Jalan meninggalkan rumah sakit. Meninggalkan semua kenangan manisku bersama anak dan suamiku.

Sampainya di rumah mama aku merasa kesepian. Tidak bisa melupakan kenangan manisku. Hari demi hariku lalui. Tanpa anak dan suami, tanpa keluarga kecil yang sudah susah payah aku bangun. Akhirnya, kandas juga. Keluarga kecil itu hanya tinggal kenangan.

Mama teganya dirimu, hancurkan impianku. Hanya karena harta, kau renggut kebahagiaanku, mama.

Karena suamiku berasal dari orang miskin. Dia hanya menjadi pegawai biasa. Tetapi, kepribadiaannya sungguh baik dan sholeh. Inilah yang membuat saya jatuh cinta kepadanya.

Suatu ketika, setelah satu bulan berlalu, mama menemuiku. Mama mau kamu menikah dengan orang yang mama pilih. Kata mama sedikit memerintah dan mama langsung pergi.

Ma, aku belum siap. Jawabku dengan terisak.

Bu, udah siap dipanggilan nyonya. Kata pembantu mama.

Iya sebentar, jawabku.

Aku pergi keluar, dan kulihat teman mama berama anaknya.

Wah, cantik Naya tak berubah ya. Kata teman mama.

Ah, tante bisa aja. Jawab aku sambil menunduk.

Oh, iya ma. Naya sangat cantik, membuat saya terkesima. Makanya, saya selalu jatuh cinta padanya, ma. Kata Aris sambil tersenyum.

Ah, kamu bisa saja, mas. Jawabku.

Setelah pertemuan itu, aku terus menjalani hidup bersama Aris. Walaupun, hanya sebagai teman dekat saja.

Dua tahun berlalu, aku harus menjalani kehidupan dengan orang yang tidak aku sayangi.  Tetapi, karena perjanjian dengan mama, aku harus menjalaninya.

Enam tahun berlalu anakku, Yaya sudah mulai sekolah di SD.  

Suatu ketika saat aku mau menjemput anakku yang lagi sekolah TK. Kebetulan TK dan SD berdekatan.  Aku smapai di sana, aku melihat mantan suamiku lagi membawa seorang anak kecil.

Sontak aku memanggil, Yaya.
Yaya, kamu sekolah di sini juga? Kataku sambil melihat anak itu.

Iya, tante. Tante, menjemput anak tante juga? Jawab Naya, seperti ingin tahu.

Iya. Tapi anak tante baru TK.  Jawabku.

Ooh. Jawab Yaya dengan senang.  

Yaya, ayo kita pulang. Kata mantan suamiku.

Ayo, yah. Yaya udah lapar.

Tante Yaya pulang dulu, ya. Katanya smabil bersalaman denganku.

Iya, Yaya kamu hati -hati, ya. Jawab saya sambil memandang ke arah mereka.

Demi harta semuanya hancur dalam sekejap. Mama telah menghancurkan hidupku. Masa depanku. Walaupun, sekarang aku juga sudah berkeluarga, namun kebahagiaanku ada pada keluargaku yang lama.

Kekayaan, todak membuat aku senang, tapi malah sengsara. Suamiku Aris sellau pulang malam dan mabuk. Dia selalu marah marah kalau pulang.

Ingin rasanya aku memutar ulang waktu, agar aku bisa menembus dosaku pada anakku. Ingin aku memeluk Yaya, tapi aku takut, dia tidak mau. Yaya, bisa marah padaku karena aku meninggalkannya.

Sejak itu, aku berusaha menerima keluargaku yang sekarang. Keluarga yang tidak bahagia, karena suamiku yang sekarang suka marah-marah dan mabuk.

Hanya doa dan harapan yang bisaku, panjatkan kepada Tuhan, agarku bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Berkumpul dengan anak-anakku. semoga ssja ada keajaiban. Aamiin.

Komentar