Terpaksa Mengisi Minyak Di Kios

Terpaksa mengisi minyak di kios


Sejak lebaran ini, minyak sangat susah diperoleh, walau harus dicari di pertamina. Bahkan jauh lebih mudahnya saya mendapatkan minyak di kios-kios.

Ada apa? Kenapa minyak bensin mudah diperoleh di kios?

Pertanyaan inilah yang selalu muncul dipikiran saya. Setiap saya mau mengisi minyak mobil. Kalau saat ramadhan minyak banyak dan yang membeli tidak ada. Mungkin saja waktu ramadhan kemarin masa PSBB. Tapi, syukur juga saya bisa membeli minyak kapan saya mau.

Tapi, setelah PSBB dan mulai masa new normal, minyak mulai berkurang, bahkan kosong dipertamina.

Sudah dua buah pertamina yang saya jajaki untuk minyak di daerah Guguak dan Lubuk Selasih. Kedua tempat di daerah tersebut, sampai kosong minyaknya.

Minyak yang cocok untuk mobil saya adalah bensin. Jadi, minyak yang tidak ada adalah bensin. Sedangkan solar, pertalite, dan pertamax banyak tersedia di pertamina.

Kalau untuk mobil saya kijang tahun 1984, minyak yang cocok hanya minyak bensin. Disamping cocok dengan mesin mobil, juga murah. Tidak menyebabkan, kantong kering.

Kalau tidak ada bisa saya isi dengan pertamax, tetapi dengan harga yang cukup mahal. Hal ini, membuat saya harus banyak mengeluarkan uang. Apalagi, setelah lebaran uang banyak pengeluarannya.

Kalau mobil saya juga bisa diisi dengan pertalite, walaupun harganya sedikit mahal dari bensin, namun pertalite ini tidak sesuai dengan mesin. Karena, setiap saya isi dengan pertalite mobil saya merepet. Aliasnya, mesinnya kena dan harus menambah lagi pengeluaran. Yaitu harus diservis.

Tapi apa boleh buat minyak itu yang selalu langka diperoleh. Walaupun ada dua di daerah tempat tinggal saya.

“bang, minyak bensinnya habis. Tak masuk kemarin bang”. Kata petugas pertamina.

“ooh, jawab saya dan suami saya”. Sambil mengomel pergi, masa minyak habis dipertamina?

Saya terpaksa pergi dari sana. Sambil melihat ke meteran minyak, saya terus berjalan. Dan sampai di salah satu kios, yang banyak minyaknya. Dari pada kami harus mendorong mobil terpaksa kami membeli minyak bensin di sana.

“Ni, beri saya minyak 5 tabung”! Kata saya. Sambil membuka tangki minyak untuk memasukkan minyak ke dalam.

“Baiklah”. Kata ni kas itu.

“Berapa harganya”? kata suami saya. Sambil menghitung uang. Harganya Rp12.000,- pertabung. Tabungnya berbentuk tabung aqua besar.

“Rp60.000,- da. Katanya lagi ke suami saya. Sambil mengambil uang suami saya. Dan beranjak pergi.

Alhamdulillah, saya dan suami saya bisa memperoleh minyak bensin, walau harus didapatkan dengan cara tangan orang lain. yang sangat disayangkan, bensin harus kosong di pertamina? Sdangkan dikios sangat banyak sekali. Ada apa ini?

Apa memang bensin hanya untuk orang yang menjual di kaki lima atau dikios? Sedangkan untuk persediaan di pertamina kurang, bahkan sampai kosong.

Kalau untuk masyarakat menengah ke atas, mungkin bisa mereka berpindah ke minyak yang lain. Tetapi, kalau untuk  menengah ke bawah pasti sangat menyedihkan mereka.

Apa memang minyak bensin hanya untuk penjual minyak di kios? Pertanyaan itu hanya pemerintah yang bisa jawab. Atau sudah pernah dijawab namun, saya belum mengetahui.




Komentar