Menguak dapur penerbit mayor
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita
semua.
Alhamdulillah berkat nikmat
sehat dan nikmat sempat, pada malam hari ini, kitaguru hebat yang
berada di gel 19 dan gel 20 masih setia mengikuti pelatihan menulis yang ke 11 dan
Narasumber Bapak Edi. S Mulyana. Tema seperti yang tertera di flyer.
Seperti biasa kegiatan malam ini dibagi menjadi 3
Sesi. Pembukaan dan Perkenalan dari nara sumber.
Sebelum acara dimulai kita berdoa dan meluruskan niat, agar apa kita
dapat pada malam ini bisa bermanfaat dan menginspirasi.
Tanya jawab
Assalamualaikum kita peserta
Belajar Menulis Gelombang 19
Apabila kita ingin menjadi
penulis, ada baiknya kita pelajari dengan seksama pada peraturan pemerintah No.75
tersebut, karena dengan PP ini proses penerbitan buku akan mejadi lebih cepat.
Pembagian penerbit mayor dan
minor sebenarnya tidak ada dalam Undang-undang perbukuan no 3 tersebut. Jadi
ini hanya pembagian yang secara alamiah terjadi, dimana penerbit mayor tentu
mempunyai jumlah produksi yang lebih tinggi dibanding dengan penerbit minor.
Sesuai dengan tema yang akan
saya bawakan, adalah bagaimana penerbit mayor dalam mengelola naskah untuk
dapat disebarluaskan di outlet-outlet yang menjadi sumber pendapatannya.
Penulis dan penerbit telah
dilindungi undang-undang secara penuh sejak terbitnya UU No 3 Tahun 2017 yag
diikuti oleh Peraturan Pemerintah 2 tahun kemudian yaitu PP No 75 tahun 2019.
Dalam UU No3 dijelaskan dengan
detail bagaimana proses industri penerbitan dan unsur-unsur yang ada di
dalamnya. Diatur dengan detail dan kemudian disempurnakan dengan PP No 75 yang
lebih detail mengatur proses membuat naskah hingga menyebarluaskannya.
Kebetulan beliau mengelola
penerbitan dari tahun 2001 sehingga genap 20 tahun berkecimpung di dunia
produksi buku. Sebelumnya beliau adalah penulis lepas yang hidup dari menulis
buku, hal ini menjawab pertanyaan beberapa calon penulis, apakah bisa hidup
dari menulis buku.
Kenapa lebih cepat, karena ada
aturan-aturan yang detail bagaimana sisi penulis mengajukan naskah hingga sisi
penerbit dalam mengelola naskah menjadi buku.
Di Era pandemi ini ternyata
mengubah pola distribusi buku dengan cukup signifikan, dimana saluran outlet
yang dahulunya menjadi jalur utama, saat ini justru menjadi korban dari
keganasan virus Covid 19, karena ditutupnya jaringan-jaringan toko buku atau
dibatasinya aktivitas pusat perbelanjaan.
Penerbit yang sudah terlanjur
beroplah besar tentu tidak ada masalah dengan hal ini, karena memang skala
produksi dan skala mesin produksinya memang sudah terlanjur besar, sehingga
untuk memenuhi pasar nasional tidak terlalu sulit.
Hal ini diperuncing lagi
dengan pembagian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia
atau Kemendikbud DIKTI, yang menjyaratkan terbitan buku harus berskala nasional
penyebarannya.
Oleh Perpustakaan nasional,
kemudian digolongkan kedalam penerbit yang berproduksi ribuan dan ratusan yang
terlihat dalam pembagian ISBN yang dikeluarkannya.
Outlet toko buku, merupakan
sarana pemasaran yang cukup efektif. Kemarin mungkin sudah dijelaskan dengan
gamblang oleh pak Agus Subardana.
Dikotomi penerbit mayor dan
minor, kemudian terjadi juga di sisi pemasaran bukunya, dimana ada penerbit
yang mampu menjangkau secara nasional dan ada yang regional saja.
Di sisi penerbit, sebagai
dapur pengolahan naskah dari penulis, sebenarnya tidak ada masalah yang cukup
berarti dari sisi penerimaan naskah baru. Di era pandemi ini, naskah masih saja
mengalir dengan cukup baik. Mungkin karena banyak calon penulis yang melakukan
WFH sehingga banyak waktu untuk melakukan penulisan naskah buku.
Outlet toku buku fisik banyak terkendala
kebijakan pemerintah, sehingga secara otomatis proses penerbitan buku menjadi
melambat menyesuaikan dengan kondisi output penjualan buku yang melambat.
Sebelum hari raya 2021,
perkembangan penjualan buku cukup baik, membuat banyak penerbit menaruh harapan
yang cukup tinggi pada saat itu. Setelah hari raya, ternyata gelombang Covid
mengembalikan penjualan buku ke titik terendah sejak 2020, sehingga kami
sebagai penerbit akhirnya harus mencoba outlet-outlet baru.
Dengan berlakunya PSBB di
beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia
memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet
normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar
80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut
terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara
langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan
naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.
Identifikasi tema buku menjadi
sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang
upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami
sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang
berkaitan dengan virus dengan cepat.
Kesiapan penulis, dalam
menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat
bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Kami mempunyai
database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi
siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu
materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.
Tuntutan untuk tetap produktif
kepada para pengajar baik guru maupun dosen, menjadikan laju naskah baru masih
tetap terjaga dengan baik. Yang menjadi kendala adalah justru dipengolahan
naskah, mulai dari editorial, setting perwajahan dan kover hingga produksi buku
cetak.
Hal ini tentunya memberikan
kesempatan yang lebih lebar kepada bapak-ibu calon penulis untuk mencoba memasukan
era baru ini, dimana produksi buku akan mengikuti keinginan pasar secara lebih
spesifik.
Kesimpulannya adalah kesiapan
penulis dalam updating materi tulisannya adalah menjadi mutlak diperlukan untuk
dapat ditawarkan hasil tulisannya tersebut ke penerbit.
Produksi kami saat ini kami
coba untuk dapat memenuhi permintaan cetak dari 10 eksemplar hingga 300
eksemplar. Range produksi ini kami sesuaikan dengan keadaan daya serap pasar
yang cenderung mengikuti komunitas dari penulis bukunya sendiri.
Saat ini kami mereposisi produksi buku fisik
untuk tidak dilakukan pencetakan secara massal, akan tetapi menyesuaikan dengan
kondisi pasar yang fluktuatif.
Untuk melihat buku yang
diterbitka di Penerbit Andi bisa mengunjungi di bukudigital.my.id. untuk
melihat dan membuka buku yang dibutuhkan.
Salah satu trik untuk
mempercepat terbit adalah mengikuti arahan dari PP 75, yaitu melakukan editing
mandiri dari sisi penulis, sehingga akan sangat membantu dalam proses editorial
di sisi penerbit.
Untuk mempercepat penerbitan
buku, penulis sebaiknya melakukan editing mandiri sebelum diserahkan ke
penerbit, sehingga proses penerbitan akan dapat dipersingkat.
Syarat-syarat yang bisa
membuat naskah bisa diterbitkan oleh penerbit mayor adalah;
1. Syarat
utama dalam sebuah tulisan adalah tulisan harus baik dan unik, baik dalam arti
pemilihan tema yang menarik dan yang paling penting adalah unik, karena
mempunyai hal yang berbeda dengan yang lain dan mempunai nilai kebaruan.
2. Kekurangan
penrebit mayor adalah banyaknya naskah yang masuk, sehingga waktu seleksi dan
produksi terbebani dengan antrian yang sangat banyak.
3. Penulis
mempunyai captive market sendiri.
Adapun Syarat fisik untuk
menerbitkan buku adalah:
Struktur buku yang baik, juga
sangat menarik editorial untuk memutuskan diterbitkan atau tidak sebuah buku.
Dengan struktur buku yang baik, tentu akan memudahkan naskah untuk diolah
secara optimal. Buku sebaiknya sudah diputuskan formatnya oleh penulis, dalam
arti penulis sudah mempunyai bayangan ukuran buku, ketebalan, dan siapa
pembacanya.
Banyak penulis pemula yang
lolos kok, terkadang memang memanfaatkan captive market tadi atau menguasai
massa sehingga penerbit dapat dengan percaya diri menerbitkan dan memasarkan
buku tersebut karena berbagi data dengan penulis.
Penerbit mayor terkadang banyak naskah yang
menjadi pilihan sehingga diafragma pemilihan naskah menjadi semakin kecil untuk
memilah dan memilih buku yang akan diterbitkan. Sebagai penulis pemula
sebaiknya menggandeng penulis yang lebih senior untuk dijadikan mitra
penulisan, untuk mengangkat nama penulis pemula. Bisa menggunakan trik meminta
Kata Pengantar atau meminta Comment yang dapat ditampilkan di cover buku atau
back cover buku.
Adapun Trik yang bisa dilakukan adalah tulisan
memang mempunyai tema yang up to date atau mempunyai nilai kebaruan yang baik.
Ataupun kalau sebagai follower dari tema buku yang sudah ada harus mempuyai
keunikan tersendiri. Hal inilah pentingnya untuk mengamati buku pesaing yang
telah terbit, kita bisa mencari kelemahan buku tersebut degan menuliskan dari
sisi lain.
Proses penerbitan sebuah buku
dari mulai menyerahkan naskah hingga terbit. Proses penerbitan standar dengan
rerata antrian: penilaian 3 minggu, editorial 3 minggu, setting perwajahan
dalam buku paralel dengan cover buku 3 minggu, proses cetak 3 minggu, dan
terakhir distribusi 1- 2 bulan.
Tulisan dalam bahasa inggris/
bahasa asing penerbit mayor memiliki editor khusus. Penerbit walaupun editorial
yang dilakukan adalah hanya dari segi kebahasaan dan struktur buku.
Naskah buku berbahasa asing penerbit
mayor tidak mensyaratkan proof reading oleh ahli, akan tetapi sebaiknya memang
melampirkannya.
Untuk penerbitan buku digital,
Penerbit bekerjasama dengan Google Books. Kita bisa mencoba di
bukudigital.my.id di situ penerbit open 20% materi bisa dibaca secara free.
Apabila buku digital sudah dibeli, tidak bisa di_sharing_ ke orang lain. File
buku tersimpan di Server Google, yang terbukti cukup aman dari proses
pengambilan dari orang yang tidak membeli bukunya.
Kami tetap melakukan seleksi,
karena target kami adalah tetap memproduksi buku secara massal, tidak hanya
Print On Demmand seperti penerbit Indie. Karena sisi permintaan penulis saja
kami akan menerima pesanan buku skala kecil.
Adapun Trik utama, gandeng
penulis lain untuk memroduksi buku. Skala kecil dahulu tidak ada masalah, yang
penting captive market bisa dijadikan tumpuan awal. Tulis berbarengan, sehingga
pembiayaan buku menjadi lebih ringan, kemudian usulkan proposal naskah ke
penerbit, dengan menawarkan captive market tersebut.
Dari pengalaman penerbit,
penulis dengan latar belakang organisasi memang mempunyai gaya tersendiri dalam
penulisannya. Terkadang mengandung banyak sekali pesan, kritik, saran, dan
cenderung satire. Dan mereka kuat di segi pendanaan karena lihay dalam mencari
peluang pendanaan baik dari lembaga non pemerintah, atau lembaga penelitian
dari luar.
Penerbit Indie, sangat
tergantung dari kemampuan penulis dalam mendanainya, sehingga apabila terhenti
biasanya adalah masalah pendanaan dan distribusi. Cara memandang naskah memang
berlainan antara penerbit indie dan penerbit mayor seperti kami. Biasanya kami
berpikir, jika saya danai, bisa jalan tidak buku ini artinya memandang naskah
dengan skala produksi yang masif.
Dengan hubungan seperti itu,
menjadikan penulis kami seolah-olah memang menjadi terbaik di bidangnya.
Faktanya sebenarnya mereka setia dengan materi yang telah menjadi kompetensi
mereka sejak lama.
Terkadang faktor penulis yang
meminta untuk dapat terbit dengan skala kecil, karena kemampuan pendanaan di
sisi penulis memang baru seperti itu.
Penulis-penulis di tempat kami
biasanya menulis dalam jangka waktu yang lama. Terkadang sejak kuliah S1 mereka
sudah aktif menulis, dan penulis sudah menjadi keluarga besar kami. Karena
saking lamanya bekerjasama dengan kami, sehingga setelah mereka Guru Besar
mereka masih setia menulis dengan tema yang sama saat mereka masih S1.
Saya pernah mengikuti kegiatan
pembuatan buku antologi yang berkesinambungan hingga 10 buku. (di penerbit
Indie). Di situ saya sudah mengirim 6 naskah yang seharusnya akan menjadi 6
buku. Dari 10 buku itu, baru diterbitkan 1 buku. Dan itu sudah 4 bulan yang
lalu. Setahu saya buku yang sudah lengkap naskahnya ada 3 buku lagi. Tetapi itu
juga belum diterbitkan. Saya sebenarnya masih berharap untuk bisa diterbitkan
untuk buku yang sudah lengkap.
Konsekuensi atas penarikan
naskah dari penerbit. Sedangkan saya masih ingin tetap menjaga hubungan baik.
Untuk buku yang pernah
diajukan, memang sebaiknya berterus terang ke penerbit tersebut apakah faktor
pendanaan tadi yang menjadi masalah.
Sebaiknya tali silaturahmi
masih tetap dijaga, dengan tidak dengan sepihak mencabut hak terbit dari
penerbit tersebut, meskipun hak tertinggi adalah di Hak CIpta penulis.
Kalaupun tidak ada kelanjutannya, bisa bapak
berikan surat sepihak bahwa proses penerbitan akan dialihkan ke penerbit yang
lain. Hal ini tidak ada masalah karena hak cipta adalah di penulis.
Novel mempunyai peluang yang
cukup besar. Karena melihat kondisi buku- buku mengenai covid 19 dan segala
sesuatu yang melekat padanya menjadi topik hangat dalam pembuatan buku saat
ini.
Tema-tema covid ini terlihat
wait and see bagi penerbit karena jangan-jangan peristiwa ini hanya sesaat.
Memang cukup membingungkan hal ini, pada awal covid, buku-buku kami bertema
covid, makanan sehat, imun, dan kajian ilmiah covid cukup baik di pasaran. Tapi
hanya sesaat, kemudian melandai. Saat terjadi gelombang Covid Varian Delta,
tampaknya masyarakat sudah lelah dengan covid, sehingga buku covid justru malah
menurun penjualannya.
Lama terbit sebuah buku memang
tergantung, kalau POD dan dananya ada biasanya lebih cepat dibanding dengan
reguler yang dibiayai sendiri oleh penerbitnya.
Penerbit akan memberikan Surat
Perjanjian sebelum dicetak massal, kemudian setelah buku diproduksi, buku akan
dikirimkan sampelnya ke penulis.
Penerbit mempunyai kokpit
untuk mengawasi tingkat daya serap di pasar. Biasanya dilaporkan oleh toko buku
bahwa buku tersebut masuk di rak Diminati atau di Best Seller Dan akan lebih
terlihat saat pembayaran royalty buku. Ada standar perhitungan tertentu dari
penerbit, yang dapat menentukan buku ini diminati atau tidak.
Aturan dalam pengiriman naskah
ke penerbit mayor dan juga penerit indie: Jumlah halaman sebaiknya antara
75-150; ukuran A4; spasi 1,5; huruf times new roman 12. Ketebalan buku
menentukan ukuran punggung buku, sehingga dapat diberikan penanda judul buku di
punggunb buku. Jika terlalu tipis, punggung buku tidak bisa diberikan penanda
judul buku. Toko buku biasanya tidak menghendaki buku terlalu tipis, karena
susah men display di rak buku.
Kendala seorang penulis
setelah menerbitkan buku adalah menjualnya. Kalau penulis tidak memiliki askes
yang cukup untuk emmeasarkan bukunya. Misalnya grup di watshap atau media
sosial lainnya.
Royalty penulis adalah 10%
dari harga buku yang dikeluarkan oleh penerbit. Akan dibayarkan setiap 6 bulan
setelah tanggal terbit dan selanjutnya sampai buku tersebut habis terjual.
Kalau buku tidak laku di
pasaran, maka Tidak ada dampak ke penulis, karena penerbit sudah menanggung
risikonya untuk memutuskan penerbitan buku dan pemasarannya. Penerbit tidak pernah mem black list penulis gegara
buku tidak laku.
Penerit sudah mewanti-wanti untuk
memutuskan menerbitkan sebuah buku dan sudah siap emnanggung resikonya. Dalam
memutuskan buku terbit atau tidak ada unsur gambling di dalamnya walaupun
telaah data penting untuk menghindari risiko buku tidak laku.
Dalam novel, memang sebaiknya
ada dialog langsung untuk memperkuat emosi pembaca. Penerbit jarang melakukan
revisi untuk novel, karena subyektivitas penulis dalam novel cukup dihormati
oleh editor. Sehingga campur tangan editor biasanya lebih ke plot, alur, dan
sudut pandang saja.
Di penerbit Andi tidak ada
jasa revisi bu, karena faktor jumlah produksi yang banyak. Sehingga sudah tidak
ada waktu lagi untuk melakukan revisi ataupun perbaikan.
Cara penerbit menentukan
naskah yang lebih dulu diproses (Apa kriteria lain agar naskah kita cepat
diproses bilamana kita telah menerapkan PP no 75).
Dalam menantukan naskah
biasanya First In FIrst Out akan tetapi banyak faktor yang dapat mengganggunya,
seperti adanya even penulis, adanya pembiayaan dari penulis, adanya kepentingan
tertentu dari penulis misalnya untuk mengurus kepangkatan, Beban Kerja Guru
atau dosen.
Penerbit buku, adalah hanya
perantara saja. Semua tergantung penulis, sehingga posisi penulis sangat vital
sekali dalam mengahasilkan sebuah buku. Sehingga sebagai penulis pemula pun,
kepercayaan diri harus mulai diasah, dengan menghasilkan karya terbaik.
Materinya lengkap
BalasHapusWow...lengkap. Butuh referensi tinggal mampir ke sini. Semangat terus.
BalasHapusbagus..semangat..lanjut...sukses bersama..
BalasHapus