Menjelajahi Alam Digital Yang Luas

 Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Sore hari ini, jadwal perkuliahan akan segera dimulai. Semangat tinggi yang menggebu timbul dalam dari peserta untuk mendapatkan materi imu yang baru. Ilmu yang akan diberikan oleh para narasumber hebat dan berpengalaman.

Materi sore ini akan disampaikan oleh narasumber ibu Maesaroh, M.Pd.  Dengan judul, “Menjelajahi Alam Digital Yang Luas”. 

Dalam dunia digital saat ini, kita hidup mungkin sebagai generasi x, y, dan milenial. Untuk generasi x kita yang berusia dari 40 tahun ke atas. Sedangkan untuk generasi y kita yang berusia 20 tahun – 40 tahun. Namun, berbeda dengan anak-anak didik kita, mereka dsebut generasi milenial.

Kenapa sampai demikian, anak didik kita itu sejak balita sudah kenal dengan aplikasi yang ada di youtube, games, instagram, dan tik tok. Dari aplikasi tersebut mereka sudah bisa menghasilkan uang yang lumayan dibandingkan kita sebagai guru. Namun, tanpa kita sadari, dari sekian aplikasi dunia maya yang mereka gunakan, terkadang hanya membawa mereka terjerumus pada pergaulan yang salah. Gaul sih iya, tapi tak berliterasi. Sehingga mereka gampang jadi penyebar informasi hoak

Untuk mengembangkan budaya literasi pada generasi penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas ber-media sosial berarti cerdas ber-literasi.

Ada 4 Pilar/Dasar dalam memahami literasi digital.

Dalam menjelajahi dunia digital sangat  perlu kecakapan dalam berdigital, agar mampu memiliki wawasan yang luas. Dan juga mampu untuk  berdigital secara intelektua agar tidak disalah artikan.

Ada 4 Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital

1.      Digital Culture cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia.

2.      Digital Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digital.

3.      Digital Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks.

4.      Digital Skill cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.

Menjelajah alam digital/alam maya adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi.

Seperti yang kita ketahui alam media digital yang sering digunakan, adalah aplikasi sosial media berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya.

Anak didik kita lebih mahir dalam menggunakan digital dalam kehidupannya sehari-hari. Bahkan, untuk sebuah aplikasi tertentu saja kita sebagai gurunya banyak yang kurang mampu untuk menggunakannya.

Namun, dalam penggunaan media sosial banyak yang salah kaprah dan salah menggunakan untuk hal-hal yang negatif. Makanya, kita sebagai guru harus bisa mengarahkan anak kita untuk menggunakan media digital dengan baik sesuai dengan aturan yang baik. Yang penting tidak berlawanan dengan norma-norma yang ada.

Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihn dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.

Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya manusia. Untuk itu, edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi.

Setuju ataupun tidak, patut kita refkeksikan hal ini.

Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue. Adapun Ciri-ciri Digital Fatigue adalah:

Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.

Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

Sakit kepala dan migrain.

Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.

Sensitif terhadap cahaya.

Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.

Merasa putus asa dan tidak berdaya.

Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.

Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.

Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

 

Untuk itu, seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas.

Ada 5 kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi media bagi pelajar dan semua kalangan. Diantaranya adalah:

1.      Photo visual literacy. Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.

2.      Reproduksi literacy. Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.

3.      Percabangan literacy. Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.

4.      Informasi literacy. Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.

5.      Sosio-emosional literacy. Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.

 

Untuk itu, perlu kita fahami 8 elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.

2.      Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.

3.      Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.

4.      Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.

5.      Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.

6.      Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.

7.      Krisis dalam menyikapi konten.

8.      Bertanggungjawab secara sosial.

Zaman sekarang ini kiata sudah berada pada dunia digital. Suka atau tidak suka kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Kita sadar bahwa,

Dari sekian banyaknya media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar

 

Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur.

Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014), bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:

1.         Sharing views

2.         Optimizing Knowledge

3.         Collaborating on projects

4.         Investigating new ideas

5.         Advocacy for your service provision

6.         Learning from others

7.         Making new connections

8.         Enhancing your practice

9.         Debating the future

10.       Inspirational support

11.       An essensial tools for your information toolbox

 

Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045.

Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan.

Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:

1.         Nilai Kejujuran

2.         Nilai Semangat

3.         Nilai Kebersamaan atau Gotong royong

4.         Nilai Kepedulian  atau solidaritas

5.         Nilai Sopan santun

6.         Nilai Persatuan dan Kesatuan

7.         Nilai Kekeluargaan

8.         Nilai Tanggungjawab

 

Cara mengatasi kekurangan dalam teknologi tentu dengan belajar dan memahami aplikasi pada piranti digital. Tetapi,   sering berkelana di youtube untuk mencari pengetahuan. Dan juga memahami melalui web dan google.

Cara mengontrol anak-anak kita dalam ber-sosial media dengan baik. Dengan cara kita mengikuti   perkembangan mereka di fb dengan berteman di setiap media sosialnya. Kalu kita  razia maka kita tidak akan mengetahui konten apa yang mereka buat. Tetapi, dengan kita melihat story mereka di sosmed kita tahu banyak tingkah mereka.

Dalam dunia digital sangat perlu dimasukkan Etika berliterasi digital dalam sebuah kurikulum. Terutama dalam kurikulum mata pelajaran  Informatika.

Kegiatan ekskurikuler sebenarnya bisa disikapi dengan keterampilan secara virtual. Dengan demikian tidak banyak memiliki biaya. Cukup dengan menggunakan paket atau wifi saja, karena umumnya anak kita sudah memiliki hp.

Cara menerapkan Edukasi digital bisa kita lakukan dengan cara: contoh kecil ibu membuat sebuah story di medsos tentang refkeksi pembelajaran. Agar lebih menarik  bisa ditambah dengan foto-foto kegiatan mereka di kelas. Setelah itu ibu tag mereka. Dengan begitu lama kelamaan mereka secara tak sadar sudah terjun dalam literasi media. Memberikan tantangan kepada mereka untuk membuat story di sosmed terkait refleksi pembelajaran dan tag teman-temannya beserta akun ibu.

Meninggalkan jejak digital di google dengan cara sering melakukan post pada blog. Atau media lainnya. Apabila postingan kita ingin cepat terbaca? Menulislah sesuatu yang sangat dicari oleh konsumen/pembaca. Contoh berita yang sangat viral.

Salah satu contohnya adalah wordpress apabila sering kita isi tulisan akan menyimpan nama kita sebagai penulis yang continue.

2. Bagaimana tips Yunda Maydearly memulihkan diri dari Digital fatigue?

 

Cara agar kita terhindar dari digital fatigue tanpa mengenyampingkan kegiatan dan tugas-tugas yang menggunakan media digital. Menggunakan management waktu yang baik. Berselancar di media sosial sesuai kebutuhan dan kepentingan saja. Terkadang kita terlena dengan media seperti tiktok atau IG.  

Agar lebih mengefektifkan waktu dan tidak terbuang dengan percuma. Maka, buatlah sebuah program untuk minimalisir akibatnya/ digital fatigue.

Tips memulihkan digital fatigue adalah membatasi dalam bermedia sosial. Karena suatu faktor saja saya mengalami digital fatigue. Sebelumnya memang tak pernah.

Banyak siswa yang menutup privasi akunnya agar tidak mudah dilacak oleh guru dan juga orang tuanya. Supaya hal itu tidak terjadi maka guru harus lebih pintar dari siswa selangkah. Guru bisa mengintip status yang dibuat siswa pada akun temannya.

Beberapa minggu terakhir di sebuah sekolah dasar di kota Malang, dihebohkan oleh berita siswa-siswinya pengikut situs pornografi.

Mereka membentuk grup WA yang isinya tukar info ttg berita, gambar dan video pornografi.

Cara memulihkan siswa-siswa  yang sudah tercandu oleh situs2 pornografi.  Inilah yang sangat kita takutkan, apalagi menonton situs tersebut. Jadi, sebagai guru dan juga orang tua kita harus memberikan perhatian dan pemantauan terhadap HP yang dipegang anak. Bisa membentuk suatu komunitas yang menggaungkan literasi media. Biasanya anak Osis adalah anak yang patut dihandalkan. Mereka bisa dengan mudah memberikan informasi.

Kalau, bisa mungkin kita banyak memberikan ilmu agama yang memotivasi. Berupa kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan yang bersifat positif.

Cara menggunakan medsos sebagai media membangkitkan literasi, kita bisa berliterasi dengan cara tag siswa kita. Anak yang kita tag di akun sosmed kita, akan merasa terawasi sehingga bertamggungjawab dalam bermedia sosial.

Demikianlah, materi pada sore hari ini semoga bermanfaat. #Salamliterasi#

Komentar

  1. Best Online Slots UK (2021) ✔️ Claim Up to £100 + 200 Free Spins
    Online Casino Slots UK - Find The Best Games 온카지노 At CasinoWow. From slots to table games to 인카지노 live casino and video 메리트카지노 poker, we've got something for everyone.

    BalasHapus

Posting Komentar