Anak Muda Berani Bikin Perubahan Di Dunia Digital

 



Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertemuan kuliah malam ini akan didampingi oleh Bapak Muliadi.  Materi pada hari ini akan disampaikan ibu Rosminiyati. Materi yang akan beliau sampaikan dengan judul “ Anak Muda Berani Bikin Perubahan Di Dunia Digital”.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Paparan saya di atas menjadi dasar pembahasan materi dengan tema “Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital”.

Dari judul hari ini ada beberapa kata kunci yang akan dibahas. Adapun kata kunci tersebut ad1.  Lah:

1.       Berani, berdasarkan KBBI V online diartikan “mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut).

2.       Perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. (KBBI V online). Tentu saja, dalam hal ini adalah perubahan dari keadaan semula menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

 

Dari pengertian tersebut maka akan timbul pertanyaan. Mengapa perlu melakukan perubahan di dunia digital?

1.       Kebutuhan. Perubahan dan perkembangan teknologi tak luput pula terjadi pada bidang pendidikan. Mau/tidak mau, suka/tidak suka, sebagai guru kita juga harus mengikuti perubahan tersebut. Untuk data GTK dan peserta didik, semuanya kini sudah menggunakan digitalisasi/online. Guru-guru dituntut untuk bisa mengisi datanya secara mandiri terkait data personal maupun riwayat pendidikan/pekerjaan, dan lain sebagainya.

2.       Tak hanya itu, derasnya laju informasi di bidang ilmu pengetahuan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi menuntut guru untuk melakukan perubahan. Jika tidak, ada kemungkinan kita akan ditinggalkan oleh murid-murid kita.

3.       Menyalurkan hobi. (sudah dijelasakn narasumber sebelumnya)

4.       Tambahan penghasilan. (sudah dijelaskan narasumber sebelumnya)

5.       Berbagi (sudah dijelaskan narasumber sebelumnya)

Hal-Hal yang mempengaruhi Perubahan di Dunia Digital antara lain:

1.       Tekad/semangat. Jika sudah ada keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan di dunia digital, maka kita akan berusaha belajar kapanpun, di mana pun, dan dengan siapa pun.

2.       Lingkungan. Pengaruh lingkungan besar sekali terhadap perubahan kita di dunia digital. Apabila kita berada di lingkungan orang-orang yang sangat aktif bergelut dalam dunia digital, secara sadar atau tidak, kita pun akan ikut arus tersebut. Sebaliknya, jika lingkungan kita termasuk golongan terbelakang, otomatis kita juga akan jalan di tempat.

3.       Sarana/Prasarana. Dunia digital terakit erat dengan sarana/prasarana (gawai, laptop, PC, kuota data internet, jaringan, listrik, dll.). Jika fasiltas tidak dimiliki/tidak mendukung, tentu saja kita tidak bisa melakukan perubahan di dunia digital.

4.       Kesempatan. Terkadang kita temukan keadaan seseorang ingin melakukan perubahan di dunia digital, namun karena tidak ada kesempatan, maka perubahan itu pun menjadi tertunda.

5.       Dukungan. Ada kalanya, untuk melakukan perubahan, kita memerlukan dukungan orang-orang di sekitar kita dalam bentuk dukungan fisik, mental, dan finansial. Hal ini penting, karena melakukan perubahan di bidang digital bulkanlah hal sederhana bagi orang-orang tertentu.

 

Kita semua di sini adalah motivator, yang artinya orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak. (KBBI V online).

Dalam hal ini, kita berperan sebagai motivator bagi anak muda (murid-murid, anak-anak kita) untuk berani melakukan perubahan di dunia digital.

Untuk bisa menggerakkan orang lain agar berubah, tentunya kita sudah harus menggerakkan diri kita sendiri untuk berubah. Mengapa? Karena kita adalah guru dan orang tua yang menjadi model bagi murid-murid dan anak-anak kita.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, anak-anak tidak akan bergerak jika kita hanya menyuruh atau mengajak tanpa adanya bukti yang bisa mereka lihat atau tiru. Permasalahannya, Apakah kita sendiri sudah berubah? atau tepatnya, Apakah kita sendiri sudah berani melakukan perubahan?

Terkait perubahan, masing-masing kita tentu saja berbeda. Perubahan untuk masing-masing kita disesuaikan dengan kondisi awal yang kita punya.

Bentuk/Jenis Perubahan di Dunia Digital:

1.            Tidak bisa -> bisa;

2.            Tidak berani -> berani;

3.            Sudah bisa -> banyak/terampil;

4.            Banyak -> berkualitas;

5.            Sendiri -> kolaborasi;

6.            Sederhana/biasa -> istimewa/unik/menarik;

7.            Tidak berguna -> bermanfaat;

8.            Untuk sendiri -> berbagi/inspiratif/memotivasi;

9.            Dan lain-lain.

 

Untuk melakukan perubahan di dunia digital, kita tidak perlu merasa minder atau takut hanya gara-gara melihat karya-karya luar biasa dari orang-orang hebat yang sudah ada di ruang maya.

Mereka juga bermula dari bukan siapa-siapa. Namun, karena mereka sudah memulainya, dan tentunya lebih dulu dari kita, serius melakukannya, dan dengan seperangkat kelebihan yang dimiliki, akhirnya menjadi seperti apa yang kita lihat saat ini.

Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada diri kita jika kita melakukan hal yang sama.

Selanjutnya, kita jalani prosesnya dengan sabar, karena tidak ada yang instan. Berpijak pula pada latar belakang pengetahuan dan pengalaman, serta “perangkat lunak” yang ada pada diri kita masing-masing, jangan mengukur capaian kita dengan keberhasilan orang lain. Cukuplah kesuksesan orang lain menjadi motivasi, sebagai pemantik semangat di saat kita lemah.

Masing-masing kita tahu pondasi kita. Oleh karena itu, berjuanglah sesuai kemampuan. Jika kemarin kita baru bisa mengetik di Word,* dan kemudian hari ini sudah bisa ber-blog* ria, artinya kita sudah melakukan perubahan atau naik kelas. Begitulah seterusnya.

Hal-hal yang bisa kita lakukan dalam gerakan perubahan antara lain:

Mari kita bahas satu per satu:

1.            Mengubah mindset (pola pikir), antara lain:

             Usia tua  Merasa muda

             Guru jadul -> Guru gaul

             Tidak sempat ->Menyempatkan diri

             Tidak mampu -> Saya bisa

2.            Meluruskan niat.

3.            Berani keluar dari zona nyaman.  

4.            Bergabung dalam komunitas.  

 5.           Bangun kolaborasi.  

6.            Mulai.

Selanjutnya, untuk jenis platform digital, cukuplah kita fokus pada yang kita sukai dan pahami. Seiring berjalannya waktu, kita bisa terus mengembangkan diri dengan belajar yang lainnya.

Terkait tema “Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital” bagi anak-anak kita, kita tidak perlu mengajari mereka cara menggunakan platform digital. Mereka jauh lebih pintar dan terampil dari pada kita. Sebaliknya, kitalah yang perlu belajar dari mereka.

Target kita adalah meluruskan penggunaan media digital pada mereka. Bermain game yang hampir menyita sebagian besar waktu mereka dengan gawai, kita alihkan kepada kegiatan lain yang jauh lebih bermanfaat.

Bagaimana caranya?

1.            Kolaborasi. Kita berada pada komunitas sekolah yang luas. Anak-anak didik kita jumlahnya banyak. Kita tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, perlu dibangun kolaborasi di antara sesama guru.

2.            Melakukan sosialisai tentang literasi digital. Kita bisa menggunakan materi yang sudah kita peroleh dari pelatihan GMLD ini. Untuk waktunya:

             Pertemuan langsung/tatap muka di dalam ruangan kelas;

             Pada saat upacara atau waktu khusus.

3.            Memfasilitasi murid-murid kita melakukan hal-hal positif dalam dunia digital.

             Membuat komunitas di sekolah, misalnya: komunitas bloger sekolah, komunitas YouTuber sekolah, dll.

4.            Memotivasi:

             Mengadakan perlombaan;

             Memberikan hadiah, dll.

Cara mencari bentuk dukungan fisik, mental, dan finansial di sekitar. Kita harus keluar dari zona nyaman, dengan memaksakan diri untuk membuang rasa malu dan tidak PD itu. Jika ada yang mengejek, kembali ke niat awal untuk kebaikan, dan sertakan Allah. Insya Allah, semua akan mulus. Malah sebaliknya, orang akan mengikuti jejak kita.

Itulah istimewanya guru-guru hebat di kelas belajar menulis PGRI. Saya juga menganggap ini semua keajaiban. Pokoknya beranikan diri dulu bergabung, keajaiban itu datang dengan sendirinya.

Menhadapi penghalang dalam menulis. Banyak bergabung dnegan grup menulis seperti grup menulis Om Jay. Atau dengan grup menulis pada komunitas lainnya. Dengan demikian, kita akan merasa terenyuh untuk bergerak dalam meningkatkan kemampuan diri. Kita tidak akan sempat malas Ketika melihat orang-orang lain mempersembahkan karya-karya terbaik mereka, ada ada dorongan yang kuat untuk kita berbuat hal yang sama. Selanjutnya kembalikan ke niat awal, bahwa apa yang kita lakukan untuk kebaikan, dan akan mempunyai nilai ibadah yang diperhitungkan sebagai pahala.

Undang-undang  digital yang tertulis yang mengatur etika dalam bermedia sosial. Ada pada youtube berikut:  salah satunya adalah UU ITE No.11 tahun 2008. https://youtu.be/4n9BO5qZlgs

Cara menumbuhkan budaya literasi di sekolah. Adakan sosialisasi tidak hanya kepada anak-anak murid kita, tetapi juga kepada orang tua. Ini perlunya kolaborasi di seluruh personil sekolah, terutama pimpinan sekolah.

Menulis memang membutuhkan semangat yang tinggi, keseriusan, disiplin, dan tekad yang bulat. Kalau tidak kita terapkan hal yang demikian janganlah berharap untuk bisa menjadi lebih baik. Bagaimanapun kita semua mempunyai kompetensi yang berbeda dan sangat unik. Hanya mmebutuhkan keyakinan untuk menjadi lebih baik lagi.

Selalu memakai pepatah yang sering saya gunakan, “orang bisa, mengapa saya tidak? Tidak ada yang tidak mungkin”.

Demikianlah sedikit resume yang bisa saya sajikan untuk hari ini. Salam literasi.

Komentar